Analisis Kesalahan dalam Kalimat

        Hai guys, kali ini saya memposting materi Bahasa Indonesia. Untuk kita warga negara Indonesia seharusnya lebih memahami tentang bahasa sendiri dong. Karena itu, berikut terdapat sedikit pengetahuan tentang kalimat dan semoga hal ini dapat menambah pengetahuan dan bisa jadi mempermudah  kalian dalam menyelesaikan tugas sekolah. Namun, jika itu tugas sekolah, tolong disertakan sumbernya dan jangan asal copas. Terima kasih ^_^ yuk mari dibaca!

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan. Artinya, bahwa bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. (Wikipedia, 2015). Penyampaian informasi atau pesan tersebut tentunya dengan menggunakan kalimat. Sehingga, agar pesan yang disampaikan pembicara dapat diterima oleh penerima hendaknya perlu memperhatikan penyusunan kalimat yang benar.
Mahasiswa sebagai orang terpelajar  telah mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajari penggunaaan kalimat. Hal ini memiliki konskuensi, bahwa  mereka harus mampu menggunakan bahasa baku dalam berbagai kepentingan yang bersifat resmi baik tulis maupun lisan. Hal ini wajar  karena tanpa kalimat yang benar  gagasan dan pikiran yang akan  disampaikan penulis kepada pembaca bisa salah pengartian.
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku, baik berwujud lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Ciri bersistem dan lengkap sangatlah penting karena kehilangan ciri ini akan menyebabkan rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat sebuah kalimat. Rangkaian kata yang demikian tidak bisa mendukung gagasan, pikiran, atau perasaan yang akan disampaikan oleh penulis kepada orang lain. Dengan demikian, kalimat yang tersusun tidak benar.



1.1    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
a)      Apa pengertian kalimat?
b)      Apa yang termasuk unsur-unsur dan pola dalam kalimat?
c)      Bagaimana kesalahan dalam penulisan kalimat?

1.2    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
a)      Untuk mengetahui  pengertian kalimat.
b)      Untuk mengetahui yang termasuk unsur-unsur dan pola dalam kalimat.
c)      Untuk mengetahui kesalahan dalam penulisan kalimat.

1.3    Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a)      Memberikan wawasan tambahan mengenai kalimat dan kesalahan dalam kalimat..
b)      Sebagai salah satu panduan dalam menyusun kalimat yang benar.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. (Wikipedia, 2015)
Kalimat terdiri dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu). Dan kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
2.2. Unsur Kalimat
Stuktur kalimat dasar bahasa Indonesia, yaitu berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4) subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K), dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket).
2.2.1. Subjek
 Subjek adalah suatu unsur yang dapat berdiri sendiri yang melakukan tindakan atau kerja dalam suatu kalimat. Untuk menentukan subjek kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut:
·         Sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan,
·         Di bentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan,
·         Dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a)      Ayahku sedang melukis.
b)      Meja direktur besar.
c)      Yang berbaju batik dosen saya.
d)     Berjalan kaki menyehatkan badan.
e)      Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak miring merupakan subjek. Contoh subjek yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kaimat (a)-(b); Contoh subjek yang diisi oleh klausa terdapat pada kaimat (c); dan contoh subjek yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kaimat (d) dan (e).

2.2.2. Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan subjek, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek.
Ciri-ciri predikat yaitu:
·         Jawaban mengapa, bagaimana
·         Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
Agar lebih jelas perhatikan contoh berikut ini.
a)      Kuda meringkik.
b)      Ibu sedang tidur siang.
c)      Putrinya cantik jelita.
d)     Kota jakarta dalam keadaan aman.
e)      Kucingku belang tiga.
f)       Robby mahasiswa baru.
g)      Rumah pak hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak miring merupakan predikat. Kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan tindakan ibu; cantik jelita pada kalimat (c) memberitahkan keadaan putrinya; dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi Kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingnya; mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby; dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan. Harap diperhatikan, predikat dalam contoh kalimat (a)-(g) tidak hanya berbentuk kata (meringkik,lima) tetapi juga berbentuk frasa/kelompok kata (sedang tidur, siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga dan mahasiswa baru).

2.2.3. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Menurut Thamrin(2014), ciri-ciri objek yaitu :
·         Berupa kata benda
·         Tidak didahului kata depan
·         Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
·         Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
·         Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Letak objek selalu di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek seperti pada contoh di bawah ini.
a)      Mira menimang ...
b)      Arsitek merancang ...
c)      Juru masak menggorang ...
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh di atas adalah predikat yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang melengkapi predikat ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika predikat diisi oleh verba intransitif, objek tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat objek dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Perhatikan contoh berikut ini.
a)      Nenek mandi
b)      Komputerku rusak
c)      Tamunya pulang
Verba intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi predikat dalam kalimat-kalimat di atas tidak menuntut untuk dilengkapi.

2.2.4. Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat dan umumnya berada di belakang predikat yang berupa verba posisi seperti itu juga ditempati oleh objek dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama yaitu dapat berupa frasa nominal atau klausa. Namun antara pelengkap dan objek terdapat perbedaan yaitu pelengkap tidak bisa dipindahkan kedepan menjadi subjek dalam kalimat pasif.

2.2.5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan subjek, predikat dan pelengkap. Posisi keterangan dapat diawal atau diakhir kalimat.

2.3. Pola Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
2.3. 1. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
  • Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
  • Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
  • Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
  • Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)
2.3. 2. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O
2.3.3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
  • Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
2.3. 4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
2.3. 5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
2.3. 6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K
2.3. 7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
  • Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K
2.3. 8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
  • Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

2.4. Kesalahan dalam Kalimat
Sebuah kalimat dikatakan benar jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan ide secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data yang terkumpul diperoleh gambaran bahwa terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu (1) kesalahan kelengkapan kalimat, (2) kalimat partisipial dan (3) kalimat tidak logis. Jenis kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut.

2.4.1. Kesalahan Kelengkapan Kalimat
Kalimat  harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih. Agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, objek kalimat harus disertakan jika predikatnya berupa kata kerja transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya.
Bentuk-bentuk kesalahan dalam kelengkapan kalimat,antara lain :
a)  Kalimat tidak bersubjek
Kalimat tidak bersubjek sering ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tulis. Kalimat tidak  bersubjek ini kemungkinan disebabkan pemahaman terhadap struktur kalimat baku dalam bahasa Indonesia masih kurang. Berikut ini disajikan beberapa contoh data.
1.      Dengan perubahan zaman telah menuntut para pendidik untuk mencari metode yang baru.
2.      Menurut pakar lain di bidang marketing menyatakan bahwa pemasaran adalah proses memasarkan barang hingga berwujud uang.
3.      Dalam debat calon presiden itu memutuskan bahwa anggaran pendidikan di Indonesia akan ditingkatkan sesuai amanat UUD 1945.
4.      Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
Jika contoh tersebut dicermati, tampak bahwa frasa dengan perubahan zaman pada kalimat (1), menurut pakar lain di bidang marketing pada kalimat (2), dan dalam debat calon presiden itu pada kalimat (3) merupakan frasa verba atau verba yang berfungsi sebagai predikat. Sementara itu, para pendidik pada kalimat (1), bahwa pemasaran adalah proses memasarkan barang hingga berujud uang pada kalimat (2), dan bahwa anggaran pendidikan di Indonesia akan ditingkatkan sesuai amanat UUD 1946 pada kalimat (3) berfungsi sebagai objek, sedangkan untuk mencari metode yang baru pada kalimat (1) merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Secara keseluruhan, struktur kalimat (1-3) itu adalah KPOK pada (1) serta KPO pada (2) dan (3). Padahal, dalam bahasa Indonesia struktur tersebut bukan merupakan struktur yang benar sebab struktur yang benar dalam bahasa Indonesia beberapa di antaranya adalah SPOK dan SPO. Agar ketiga kalimat tersebut menjadi benar, fungsi subjek harus ada dalam ketiga kalimat tersebut. Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia tidak dapat didahului preposisi. Jika nomina didahului preposisi, nomina itu akan menjadi frasa preposisi dan frasa preposisi tidak dapat berfungsi sebagai subjek, tetapi berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, fungsi keterangan pada awal kalimat dalam ketiga contoh tersebut harus diubah menjadi subjek dengan cara menanggalkan preposisi, atau mengubah predikat verba aktif meng- (meN-) menjadi verba pasif di-.Sedangkan pada Kalimat no (4) tersebut tidak memiliki subyek sehingga tidak jelas siapa yang mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan. Karena ada kata depan sejak di depan naiknya Megawati ke panggung  politik (yang mungkin dimaksudkan sebagai subyek oleh penulisnya).Kata depan sejak merupakan penanda keterangan waktu. Kalimat yang benar untuk no (4) adalah Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan atau Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, nama Bung Karno muncul kembali ke permukaan.

b) Kalimat tidak berpredikat
Penjelasan di bawah ini tidak memiliki predikat karena tidak ada kata-kata yang menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku/bendanya.
Contoh :
a)      Adik saya yang gendut itu.
b)      Kantor kami yang terletak di Mataram.
c)      Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
Walaupun contoh di atas di tulis persis seperti lazimnya kalimat normal,diawali dengan huruf capital dan di akhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu katapun yang berfungsi sebagai predikat karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat ,atau hal lain yang dituntut oleh predikat. Sehingga contoh tersebut bukan merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

c)   Kalimat tidak berobjek
Kalimat tidak berobjek sering pula ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tulis. Kalimat tidak berobjek ini muncul karena: (1) pemahaman terhadap struktur kalimat baku dalam bahasa Indonesia masih kurang atau (2) terpengaruh penerjemahan yang tidak tepat bahasa asing. Berikut beeberapa contoh.
  1. Menteri Pendidikan mengungkapkan tentang berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan.
  2.  Pemimpin perusahaan Sanyo di Indonesia sedang membahas mengenai gaji pegawai perusahaan.
  3.  Kami mengharap atas kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami.
  4.  Pemimpin sidang berhak mengingatkan agar peserta sidang berbicara secara teratur.
Tampak bahwa kalimat tersebut tidak memiliki objek sebab ciri objek berupa nomina atau frasa nomina. Jika nomina atau frasa nomina didahului preposisi, konstituen itu menjadi frasa preposisi bukan menjadi frasa nomina. Frasa preposisi, hampir dalam semua bahasa, biasanya berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat. Jadi, konstituen tentang berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan pada kalimat (1), mengenai gaji pegawai perusahaan pada kalimat (2), atas kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami pada kalimat (3), dan agar peserta sidang berbicara secara teratur pada kalimat (4) merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan, bukan sebagai frasa nomina yang berfungsi sebagai objek.
Hal itu mengisyaratkan makna bahwa predikat yang berupa verba transitif harus diikuti objek bukan oleh frasa preposisi. Sehubungan dengan itu, agar struktur keempat kalimat tersebut menjadi benar, fungsi keterangan yang berada di sebelah kanan predikat verba transitif tersebut harus diubah menjadi fungsi objek.
  1. Menteri Pendidikan mengungkapkan berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan.
  2. Pemimpin perusahaan Sanyo di Indonesia sedang membahas gaji pegawai perusahaan.
3. Kami mengharap kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami.
4. Pemimpin sidang berhak mengingatkan peserta sidang agar berbicara secara teratur.

2.4.2. Kalimat Partisipal
Akhir-akhir ini bentuk kalimat yang berawal dengan verba banyak ditemukan dalam media massa cetak maupun dalam media elektronik, bahkan dalam kehidupan sehari-hari–terutama dalam ragam lisan, baik dalam situasi formal maupun nonformal. Berikut diberikan beberapa contoh.
1.      Berbicara kepada Media kemarin di kantornya, Rini Suwandi mengatakan bahwa dirinya tidak mengenal Nurdin Halid.
2.      Melihat situasi mulai memanas, petugas dari Depnaker mengambil alih pimpinan dialog.
3.      Ditemani pengacaranya, Fuad Bawazir mengadukan SBY.com dan Tempo kepada Polri.
Kalimat tersebut bukan merupakan bagian struktur kalimat bahasa Indonesia sebab anak kalimat dalam bahasa Indonesia hanya dapat menduduki fungsi objek, keterangan, atau subjek. Anak kalimat dalam bahasa Indonesia tidak dapat menduduki fungsi predikat.

2.4.3. Kalimat Tidak logis
Kalimat harus memenuhi syarat kelogisan, yakni hubungan yang masuk akal antarbagian yang hendak dihubungkan atau penggunaan kata-kata yang maknanya sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan. Contoh :
1.      “Walaupun bentuknya mirip kaki, tapi itu tetap sirip,”katanya.
2.      Kabinet Netanyahu yang seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu 29 Oktober lalu,  ditunda.
3.      Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid besar.
Pada kalimat (1) terdapat kerancuan pikiran yang timbul karena  penggunaan pasangan walaupun...tapi pada kalimat itu Kata walaupun menyatakan “alasan”, sedangkan kata tetapi menyatakan “perlawanan”. Penggabungan kedua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran yang tidak logis.
Perbaikan kalimat : “Walaupun bentuknya mirip kaki, itu tetap sirip, ” katanya.
Pada kalimat (2) kerancuan karena tidak jelas apa yang ditunda, apakah kabinet Netanyahu ataukah sidang pengesahan  perjanjian yang ditunda . Letak kerancuan pada kalimat tersebut ada pada kata yang .
Perbaikan kalimat: Kabinet Netanyahu seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu pada 29 Oktober lalu, tapi ditunda.
Pada kalimat (3) Struktur kalimat tersebut rancu karena sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif  jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi karena disisipi  predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah aktif  ataukah pasif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti halnya bermain, bertemu, dan berkelahi.
Kalimat yang benar: Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid besar. 
Terdapat kerancuan dalam menyusun subuah kalimat. Di mana sebuah kalimat yang rancu dapat menyesatkan pembaca. Pesan yang terima oleh pembaca, tidak sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan penulis. Dengan demikian, apa yang dikehendaki penulis tidak dapat tersampikan melaui tulisannya. Selain tidak memenuhi syarat ketidaklogisan kalimat di atas juga tidak memperhatikan syarat kecermatan.













BAB III
PENUTUP

3.1.        Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Stuktur kalimat dasar bahasa Indonesia, yaitu berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4) subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K), dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket).
Terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu kesalahan kelengkapan kalimat yang meliputi kalimat tidak bersubjek, tidak berobjek dan tidak berpredikat, kalimat partisipial dan kalimat tidak logis.




DAFTAR PUSTAKA

 

Salamsemua. 2011. Sintaksis Analisis Kesalahan Kalimat.  http://salamsemua1990.blogspot.co.id/2011/09/analisis-kesalahan-kalimat.html. Diakses tanggal 16 September 2011

Thamrin, Hasmirah. 2014. Kalimat, pengertian dan jenis-jenisnya, Bahasa
indonesia. http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-pengertian-dan-jenis-jenisnya.html. Diakses tanggal 9 Desember 2014.

Wikipedia. 2015a. Bahasa. http://lnk.splashurl.com/4q71 Diakses tanggal 25 September 2015.
Wikipedia. 2015b. Kalimat. http://lnk.splashurl.com/4q70 Diakses tanggal 7 Oktober  2015.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PERAN PANCASILA DALAM POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA"

Mau aman dari semua gangguan? Kenalan ni dengan Layanan Cloud dan Microsoft Azure Fundamental